Minggu, 24 November 2013

ETIKA BERGAUL DENGAN LAWAN JENIS



Dilahirkan sebagai seorang wanita adalah anugerah yang sangat indah dari Allah Ta’ala. Sebuah anugerah yang tidak dimiliki oleh seorang pria.Terlebih anugerah itu bertambah menjadi muslimah yang mukminah yaitu wanita muslimah yang beriman kepada Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)
Menjadi wanita muslimah yang beriman kepada Allah tentu tidak mudah,karena banyak sekali godaan-godan dalam mencapainya. Dikarenakan  balasan yang Allah janjikan pun tidak terbandingkan dan semua wanita pun menginginkannya. Godaan-godaan untuk menjadi wanita shalihah sering kali datang dan menggebu-gebu saat kita menginjak usia remaja,di mana masa puberitas seorang wanita ada di masa ini. Bukan hal yang mudah pula bagi remaja muslim dalam melewati masa ini, namun sungguh sangat indah bagi para remaja yang bisa dikatakan lulus dalam melewati masa pubertas yang penuh godaan ini.
Salah satu godaan yang amat besar pada usia remaja adalah “rasa ketertarikan terhadap lawan jenis”. Memang, rasa tertarik terhadap lawan jenis adalah fitrah manusia, baik wanita atau lelaki. Namun kalau kita tidak bisa memenej perasaan tersebut,maka akan menjadi mala petaka yang amat besar,baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang yang kita sukai. Sudah Allah tunjukkan dalam sebuah hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim)
Sebagai wanita muslimah kita harus yakin bahwa kehormatan kita harus dijaga dan dirawat, terlebih ketika berkomunikasi atau bergaul dengan lawan jenis agar tidak ada mudhorot (bahaya) atau bahkan fitnah. Di bawah ini akan kami ungkapkan adab-adab bergaul  dengan lawan jenis. Di antaranya:
Pertama: Dilarang untuk berkholwat (berdua-duan)
TTM, teman tapi mesra, kemana-mana bareng, ke kantin bareng, berangkat sekolah bareng, pulang sekolah bareng. Hal ini merupakan gambaran remaja umumnya saat ini,di mana batas-batas pergaulan di sekolah umum sudah sangat tidak wajar dan melanggar prinsip Islam. Namun tidak mengapa kita sekolah di sekolah umum jika tetap bisa menjaga adb-adab bergaul dengan lawan jenis. Jika ada seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan maka yang ketiga sebagai pendampingnya adalah setan.
Dari ‘Umar bin Al Khottob, ia berkhutbah di hadapan manusia di Jabiyah (suatu perkampungan di Damaskus), lalu ia membawakan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ ثَالِثُهُمَا
Janganlah salah seorang diantara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka barangsiap yang bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya maka dia adalah seorang yang mukmin." (HR. Ahmad, sanad hadits ini shahih)
Daripada setan yang menemani kita lebih baik malaikat bukan? Ngaji,membaca Al Quran dan memahami artinya serta menuntut ilmu agama InsyaAllah malaikatlah yang akan mendampingi kita.Tentu sebagai wanita yang cerdas, kita akan lebih memilih untuk didampingi oleh malaikat.
Kedua: Menundukkan pandangan
Pandangan laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya adalah termasuk panah-panah setan. Kalau cuma sekilas saja atau spontanitas atau tidak sengaja maka tidak menjadi masalah pandangan mata tersebut, pandangan pertama yang tidak sengaja diperbolehkan namun selanjutnya adalah haram.Ketika melihat lawan jenis,maka cepatlah kita tundukkan pandangan itu, sebelum iblis memasuki atau mempengaruhi pikiran dan hati kita. Segera  mohon pertolongan kepada Allah agar kita tidak mengulangi pandangan itu.
Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.
"Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengenai pandangan yang tidak di sengaja. Maka beliau memerintahkanku supaya memalingkan pandanganku." (HR. Muslim)
Ketiga: Jaga aurat terhadap lawan jenis
Jagalah aurat kita dari pandangan laki-laki yang bukan mahramnya. Maksudnya mahram di sini adalah laki-laki yang haram untuk menikahi kita. Yang tidak termasuk mahram seperti teman sekolah, teman bermain, teman pena bahkan teman dekat pun kalau dia bukan mahram kita, maka kita wajib menutup aurat kita dengan sempurna. Maksud sempurna di sini yaitu kita menggunakan jilbab yang menjulur ke seluruh  tubuh kita dan menutupi dada. Kain yang dimaksud pun adalah kain yang disyariatkan, misal kainnya tidak boleh tipis, tidak boleh sempit, dan tidak membentuk lekuk tubuh kita. Adapun yang bukan termasuk aurat dari seorang wanita adalah kedua telapak tangan dan muka atau wajah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ
"Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di mata laki-laki." (HR. Tirmidzi, shahih)
Keempat: Tidak boleh ikhtilat (campur baur antara wanita dan pria)
Ikhtilat itu adalah campur baurnya seorang wanita dengan laki-laki di satu tempat tanpa ada hijab. Di mana ketika tidak ada hijab atau kain pembatas masing-masing wanita atau lelaki tersebut bisa melihat lawan jenis dengan sangat mudah dan sesuka hatinya. Tentu kita sebagai wanita muslimah tidak mau dijadikan obyek pandangan oleh banyak laki-laki bukan? Oleh karena itu kita harus menundukkan pandangan,demikian pun yang laki-laki mempunyai kewajiban yang sama untuk menundukkan pandangannya terhadap wanita yang bukan mahramnya, karena ini adalah perintah Allah dalam Al Qur’an dan akan menjadi berdosa bila kita tidak mentaatinya.
Kelima: Menjaga kemaluan
Menjaga kemaluan juga bukan hal yang mudah,karena dewasa ini banyak sekali remaja yamng terjebak ke dalam pergaulan dan seks bebas. Sebagai muslim kita wajib tahu bagaimana caranya menjaga kemaluan. Caranya antara lain dengan tidak melihat gambar-gambar yang senonoh atau membangkitkan nafsu syahwat, tidak terlalu sering membaca atau menonton kisah-kisah percintaan, tidak terlalu sering berbicara atau berkomunikasi dengan lawan jenis, baik bicara langsung (tatap muka) ataupun melalui telepon, SMS, chatting, YM dan media komunikasi lainnya.
Sudah selayaknya sebagai seorang muslim-muslimah baik remaja atau dewasa, kita mempunyai niat yang sungguh-sungguh untuk mematuhi adab-adab bergaul dengan lawan jenis tersebut. Semoga Allah memudahkan usaha kita. Amin.

Selasa, 22 Oktober 2013

REMAJA MUSLIM SEJATI


Apa itu sejati? Kamu tahu kan? Hah? “Sejati sama dengan sekali jajal langsung mati?” Aduuuh… nggak banget deh! Sumpah! Kalo sekali jajal langsung mati, gimana ceritanya dong? Di film-film aja kalo jagoan meskipun berkali-kali jungkir-balik plus jatuh-bangun juga tetap bertahan dan akhirnya jadi pemenang. Emang sih ada film yang sad ending alias sedih di akhirnya. Tetapi umumnya untuk memanjakan penonton biasanya banyak film klimaksnya adalah jagoannya mesti menang, apapun caranya. Sekali lagi, yang penting menang. Titik.
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, ngomongin remaja muslim sejati, sebenarnya kita nggak mudah menentukan kriteria dan kemudian memilihnya. Kenapa? Sebab, kriteria kadang disusupi oleh keinginan si pembuat istilah. Kadang juga, malah pemilihannya sesuai selera yang memilih. Nah, supaya adil, kita serahkan aja kepada ajaran Islam (karena memang judulnya ada sebutan “remaja muslim”). Setuju nggak? Setuju aja ya daripada elo bonyok kagak karuan. Oppss…! (apa hubungannya?)
Oya, sebelumnya kita buka kamus ya untuk mencari tahu apa sih sejati itu. Yup, saya punya KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), baik versi cetak maupun digital. Menurut KBBI, sejati itu artinya yang sebenarnya alias tulen, asli, murni, tidak ada campurannya. Maka, kalo dirangkai seperti dalam judul gaulislam edisi 313 ini, artinya adalah: remaja muslim yang asli, tulen nggak ada campuran apapun yang membuatnya nggak murni lagi. Paham ya?
Apa? Belum paham? Adduuuh. Kamu tahu bensin murni dan bensin campuran kan? Yup, kalo bensin murni berarti benar-benar bensin. Tetapi kalo bensin campur berarti oplosan. Bisa saja ditambah cairan lain, sehingga ‘jati diri’ si bensin itu nggak murni lagi. Semoga contoh ini bikin kamu paham ya, Bro en Sis!

Asli, palsu, murni dan oplosan
Kamu kecewa nggak kalo ternyata benda yang kamu beli itu palsu? Mereknya sih merek terkenal, tetapi pas udah diteliti nyatanya palsu. Wuih, rasanya hati kayak kena tinju telak bertubi-tubi. Malu, kesal, dan kecewa jadi satu diulek di hatimu. Hadeeeuhh.. apalagi bila barang itu dibeli dengan harga mahal. Bisa-bisa malu, kesal dan kecewamu nggak ilang sampe delapan turunan.
Nah, sekarang ngomongin jati diri kita sebagai muslim. Secara saklebetan alias sekilas orang mungkin akan menilai kita baik hanya dengan ngeliat kita tuh rajin shalatnya, jujur, sopan, santun, bahkan menghormati yang tua, rajin shadaqah pula dan pinter baca al-Quran lengkap dengan tahsin dan ‘lagunya’. Orang-orang berpikir, itulah remaja muslim idaman. Keren! Fantastis!
Tetapi sayangnya, ketika banyak orang pada suatu saat melihat kamu pacaran, bahkan hot banget dengan pacarmu. Aduh, rasa-rasanya sangat wajar kalo banyak orang kemudian menilai kamu tuh kepribadiannya oplosan, yakni level tertentu dari palsu. Kamu tuh cuma bagus casing-nya doang. Dalemannya (yakni pikiran dan perasaan—yang memang mempengaruhi perilaku) ternyata ada yang bad sector gara-gara kena virus pemikiran dari luar Islam. Cara pandangmu tentang kehidupan dan pelaksanaan syariat dalam kehidupan udah rusak digerus virus permisif (serba boleh), hedonisme (pemuja kenikmatan jasadi dan materi) serta mengamalkan liberalisme. Ibarat software, cara kerjanya udah nggak bener. Memang sih ada sebagian yang bener, tetapi sebagian lainnya salah. Waduh, bahaya!
Nah, itu kan yang oplosan, gimana dengan yang palsu? Begini contoh gampangnya. Kamu nih, ke semua orang ngaku-ngaku sebagai siswa sekolah A, dan untuk meyakinkan kamu pake tanda pengenal sekolah tersebut. Padahal, kamu tuh bukan siswa sekolah A, tetapi siswa sekolah B. Tentu saja kamu ngelakuin itu karena ada motif alias ada udang di balik bakwan. Misalnya supaya dianggap keren sama teman sekolah lain, karena kebetulan sekolah A itu memang sekolah unggulan hingga menjadi sekolah favorit banyak pelajar di kotamu. Modus kamu yang seperti itu bisa dikategorikan mengelabui. Status pelajarmu di sekolah A dinilai palsu alias gadungan.
Bagaimana dengan kepribadian remaja muslim? Nah, ngakunya sih remaja muslim, tetapi kok nggak shalat? Ngakunya aktivis dakwah, tetapi kok pacaran? Bilang ke semua orang bahwa Islam itu jalan hidup, eh ternyata kamu malah ngamalin keyakinan lain selain Islam. Banyak orang yang udah kamu yakinkan bahwa kamu cuma beriman kepada Allah Ta’ala dan percaya bahwa takdir dariNya adalah keputusan terbaik buatmu. Eh, suatu saat kamu ketahuan lagi tergila-gila meyakini ramalan zodiak, bahkan kamu mempercayai dukun untuk dapetin ilmu pelet demi cewek yang kamu sukai. Waduh! Itu semua ciri muslim gadungan. Waspadalah!
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Tentu saja kita ingin menjadi muslim sejati (tulen, murni). Nggak mau jadi muslim oplosan, apalagi jadi muslim gadungan (palsu). Jangan sampe deh. Itu sebabnya, kita harus menunjukkan identitas asli kita sebagai muslim sejati. Muslim yang akidahnya kokoh dan hanya beriman kepada Allah Ta’ala. Menaati perintahNya dan juga perintah Rasulullah Muhammad saw. Nggak pake nawar-nawar lagi. Sami’na wa atho’na (kami dengar dan kami taat). Nggak akan berani bilang:sami’na wa pikir-pikirna (kami dengar dan kami pikir-pikir dulu deh). Yeee.. itu sih bukan ciri muslim sejati. Bisa jadi itu muslim oplosan dan bukan tak mungkin malah muslim gadungan alias palsu.

Tunjukkan identitasmu!
Sobat gaulislam, identitas itu perlu. Kamu punya kartu pelajar nggak? Pastinya punya dong, kecuali kalo kamu nggak terdaftar di sekolahmu. Iya kan? Nah, coba perhatikan deh. Orang akan percaya dengan identitas yang kita miliki. Saat kita daftar sekolah, mestinya dimintai Akta Kelahiran sebagai salah satu identitas yang menunjukkan diri kita sesungguhnya (walau pun hanya sekadar nama dan kita anak siapa). Kartu Keluarga juga diperlukan untuk verifikasi bahwa kamu memiliki orang tua/wali dan tercatat sebagai anggota keluarga tersebut sebagai bukti penunjang keaslian identitas dirimu.
Tuh, untuk urusan duniawi saja kudu tertib. Urusan yang teknis macam begitu, identitas diri itu diperlukan. Apalagi kalo urusannya dengan akhirat (perkara surga dan neraka)? Hmm.. tentunya (seharusnya) lebih ketat lagi. Coba deh. Urusannya bisa gawat kalo identitas kemuslimanmu nggak jelas. Dibilang muslim ya karena orang tuamu bilang bahwa kamu muslim dan memang tercatat di Kartu Keluarga pada kolom yang ke-7, yakni kolom agama, tertulis Islam. Tetapi kok kelakuannya jauh dari kriteria sebagai muslim? Shalat nggak, tetapi judi jalan terus. Menutup aurat nggak ketika keluar rumah, dan pacaran paling hot. Ckckck… ini masalah banget, sobat!
Selain yang model begitu, ada juga yang shalatnya rajin tapi maksiat juga lancar. Ini parah juga. Bukankah kamu udah sering baca doa iftitah? (yang artinya: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku semata-mata untuk Allah, Tuhan alam semesta, tiada sesuatu pun yang menyekutui-Nya”). Doa itu selalu kita ucapkan 5 kali dalam sehari. Namun sayangnya, kalo kita udah berikrar seperti itu, tetapi kelakuan kita di luar shalat justru jauh dari ajaran Islam, artinya kan menghina ajaran Islam. Betul nggak? Luntur sudah identitas kemusliman kita. Lama kelamaan, bukan tak mungkin bisa lenyap kalo kita malah ninggalin ajaran Islam. Naudzubillah!
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Ngomongin soal identitas ada hubungannya juga lho dengan idealisme. Apa itu idealisme? Menurut kamus sih, artinya hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yang dianggap sempurna. Itu artinya pula, bahwa kita harus menunjukkan idealisme sebagai seorang muslim.
Benar, bukan hanya menunjukkan, tetapi kita juga kudu mempertahankan idealisme yang kita miliki. Nggak boleh luntur dan pudar. Ibarat batu karang di laut. Sekeras apapun terjangan gelombang, batu karang tetap tegar menantang. Tak gentar menghadapi berbagai godaan. Emang sih, ketika kita mencoba inisiatif bikin pengajian atau bersikap kritis terhadap kondisi lingkungan kita, selalu aja jadi sasaran empuk cemoohan. Baru aktif di masjid aja udah banyak mulut-mulut usil. Baru sehari pakai kerudung (apalagi jika lengkap dengan jilbabnya) ke sekolah, udah banyak yang kepo dan cenderung ngerecokin. Dibilangin “sok alim lah”, disebut “bau surga lah”. Prinsipnya, banyak halangan menuju idealis. Tetapi, jangan pesimis!.
Namun demikian, nggak usah bingung bin stres. Kondisi ini nggak akan berlangsung lama. Mereka bakal pegel sendiri. Kuat-kuatan aja. Apalagi kita ada di jalan yang bener. Kita kudu bangga punya idealisme Islam. Bener, kudu bangga banget, kawan. Sebab kita berjuang untuk Islam. Inilah idealisme yang emang sulit dikalahkan. Firman Allah Swt.:“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.(QS Fushilat [41]: 30)
Well, meski demikian idealisme nggak muncul secara otomatis dalam diri kita. Namun butuh proses. Butuh upaya untuk membentuknya. Itu sebabnya, diperlukan kekritisan dalam bersikap, mampu menangkap realitas kehidupan yang ada, menyikapinya dan memberikan solusi. Ghirah (semangat) Islam kita pun perlu ditumbuhkan. Selain itu, akrab dengan pemikiran-pemikiran Islam melalui berbagai kajian, dan mampu menerjemahkannya untuk menyelesaikan berbagai problem kehidupan. So, mempertahankan idealisme dan menunjukkan identitas kemusliman itu bukan impian, tapi sebuah kenyataan yang bisa diwujudkan. Ayo, jadilah remaja muslim sejati! Buktikan dengan kemurnian identitas kemuslimanmu, Bro en Sis! 

Sabtu, 12 Oktober 2013

Belajar gk susah kok

Problem anak sekolah nggak jauh dari urusan belajar. Umumnya anak sekolah pada merinding kalau mendengar kosakata belajar. Lho? Bukannya belajar adalah tugasnya? Nggak juga anak sekarang mah. Bayangan yang ada di benak adalah buku-buku pelajaran tebal, rumus yang sulit, duduk manis di depan meja dan berbagai pikiran negatif lainnya. Belum lagi ancaman dan suara ortu yang menggelegar menyuruh kamu untuk belajar. Wuih, ini adegan belajar apa uji nyali sih? Pantes aja banyak yang pada bête kalau disuruh belajar. Masuk kamar bukannya buka buku malah buka fesbuk. Bukannya nulis PR malah nulis sms dan memperbarui status di FB. Bukannya menghafal rumus tapi malah ngapal lagu yang tertanam di memori ponsel. Walah, kapan pinternya?
Bro en Sis, kalau bukan dari kesadaran diri kamu sendiri memang belajar tuh berat terasa. Bukannya jadi pinter tapi malah menjadi beban tersendiri. Kalau tak segera dicari solusinya, bukan tak mungkin kamu malah jadi stres dan anti sama aktivitas belajar. Nah, biar kondisi ini tak berlarut-larut mending kamu baca tulisan ini sampai tuntas biar ada perubahan dalam diri kamu, at least dalam menyikapi belajar agar tak menjadi sesuatu yang menakutkan buatmu. Sip!

Benahi niat dulu
‘Belajar yang rajin biar pinter trus jadi dokter.’; ‘Belajar yang bener biar nilaimu bagus, gampang dapat kerjaan dan dapat gaji jutaan.’; ‘Belajar yang giat biar dapat ranking satu di kelas.’
Nah, ada nggak di antara kamu yang nggak didogma dengan kalimat-kalimat di atas? Pasti hampir semua pernah atau bahkan sering. Jadilah, niat belajar si anak diarahkan hanya sebatas pencapaian tujuan-tujuan duniawi semata. Tak heran bila tujuan duniawi itu tak tercapai, maka ortu akan marah dan kecewa karena menganggap cara belajar si anak tak mencapai hasil sesuai yang diharapkan.
Bagi si anak, dia akan menterjemahkan kalimat dogma di atas dengan caranya sendiri. Akhirnya, menghalalkan segala cara menjadi kebiasaan. Mencontek saat ujian, misalnya. Ketika ditanya dengan entengnya dia menjawab bahwa mencontek itu adalah sarana membahagiakan ortu yang selalu menginginkan anaknya dapat nilai bagus tanpa peduli caranya halal atau haram. Niatnya bener tapi caranya salah. Maka tujuan yang bener tidak bisa dicapai dengan cara yang salah, misalnya mencontek.
Inilah yang nantinya menjadi cikal-bakal para koruptor di negeri ini. Oleh karena itu, ayo luruskan niatmu belajar mulai sekarang. Allah Swt. berfirman tentang keutamaan orang yang beriman dan berilmu: niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS al-Mujaadilah [58]: 11)
Sobat muda muslim pembaca setia gaulislam, cukup ayat ini saja sebagai motivasi kita dalam belajar dan menuntut ilmu. Bila pun ada manfaat duniawi semisal nilai bagus, dapat pekerjaan enak dan gaji banyak maka itu adalah efek samping dan bukan menjadi tujuan utama dan terakhir.
Niatkan belajar untuk menjadi pintar karena Allah semata. Niat ini nanti berimbas pada tujuan kamu berikutnya. Belajar juga tidak melulu menghadap buku yang tebalnya sampai bisa bikin bantal. Belajar adalah saat kita mendapatkan sesuatu yang baru dari sebuah proses sehingga menjadikan kita sosok manusia yang lebih baik dan bijak.
Boys and gals, jangan jadi remaja kuper (kurang pergaulan) yang bisanya cuma mengutip dari buku tanpa peduli realitas kehidupan sebenarnya. Belajar dari kehidupan dan tentang kehidupan ini jauh lebih asik dan bikin cerdas daripada berkutat dengan buku saja. Tapi itu bukan berarti belajar dari buku jadi nggak penting loh. Intinya, jadikan momen belajar menjadi hal yang menyenangkan baik itu dari buku ataupun dari nonbuku. Siap ya?

Tujuan belajar seorang muslim
Kehidupan seorang muslim tak jauh dari mengharap ridho Allah Swt. Begitu juga dengan tujuan belajar,  tak jauh dari tujuan besar ini. Bila ridho Allah yang menjadi tujuan, maka tak ada ceritanya seorang muslim akan menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuannya.
Akhir-akhir ini banyak pihak yang menjanjikan gelar sarjana mulai S1, S2 bahkan S3 dengan cara yang tak terpuji. Dengan hanya membayar sekian juta rupiah tanpa perlu ujian dan masuk kuliah, seseorang bisa mendapatkan ijazah. Inilah efek dari kalimat-kalimat dogma di atas yang melupakan bahwa belajar ini juga dalam rangka meraih ridho Allah, bukan hanya materi semata. Belajar akhirnya menjadi sesuatu yang dibisniskan, tidak lagi mempunyai nilai ruhiyah yang ada hubungannya dengan kehidupan sesudah mati. Padahal setiap amalan kita di dunia selalu ada pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
Ijazah bukan segalanya. Banyak orang mempunyai ijazah sekolah sampai deretan gelar yang dipunyai, tapi kontribusinya terhadap masyarakat kosong. Bisa-bisa orang seperti ini adalah ulat yang menggerogoti daun alias penyakit di dalam masyarakat. Contohnya saja koruptor dan para pejabat di negeri ini yang rela memalsukan ijazah agar bisa menduduki jabatan tertentu. Apa sih yang nggak bisa dibeli di negeri ini? Jadi kalo sekadar urusan ijazah, siapa aja bisa. Tapi ilmu yang didapat dari sebuah proses belajar, itu yang mahal harganya dan tak bisa dibeli dengan uang. Inilah yang seharusnya kita perjuangkan untuk didapatkan dengan cara yang halal.
Belajar seorang muslim juga tidak melulu ilmu-ilmu dunia saja. Begitu sebaliknya, seorang muslim juga tidak hanya belajar tentang ilmu akhirat an sich. Keduanya harus seimbang agar kehidupan akhirat bisa diraih tanpa meninggalkan kehidupan dunia. Seorang muslim yang pintar ilmu fisika dan matematika, juga wajib bagi dirinya untuk belajar ilmu Islam. Bahkan, belajar dien ini hukumnya adalah fardhu ain bagi tiap-tiap muslim. Belajar ilmu dunia juga penting tapi hukumnya sebatas fardhu kifayah yang apabila ada muslim lain yang sudah mempelajarinya, maka gugurlah kewajiban itu. Jadi, disini kita bisa menempatkan skala prioritas belajar kita pada tempat yang seharusnya. Jangan malah kebalik-balik ya.

Untuk orang tua
Anak adalah cermin diri orang tua. Kita tak ingin cermin dibelah karena buruk rupa orang yang bercermin. Maksudnya adalah menjadi apa dan siapa anak-anak kita kelak, itu tergantung apa yang ditanamkan dan diajarkan orang tua pada anak-anaknya. Biarlah mungkin kita dulu didogma tujuan belajar adalah agar mudah mencari kerja dan dapat gaji yang banyak. Tapi janganlah itu kita teruskan pada anak-anak yang akan menjadi penerus generasi ini. Kita putus lingkaran ini dan kita buat lingkaran baru dengan memahamkan pada anak bahwa tujuan belajar adalah semata-mata demi meraih ridho Allah. Betapa Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu pengetahuan.
Kita tanamkan pada anak-anak kita agar mereka menjadi generasi sebagaimana para salafus salih terdahulu. Mereka cerdas dalam ilmu dunia semisal matematika, fisika, kimia, bahasa asing dan lain sebagainya. Tapi pada saat yang sama mereka juga ahli dalam ilmu fiqh, tafsir, hadits dan hafidz al-Quran. Dunia dan akhirat seimbang. Jangan sampai anak-anak kita pintar fisika dan matematika tapi sholatnya malas. Boro-boro hafidz al-Quran, baca al-Quran-nya saja tak bisa. Naudzhubillah. Jangan pula anak-anak kita menjadi anak-anak yang seolah-olah rajin sholat tapi ternyata akhlaknya bejat.
Kita tanamkan pada diri anak-anak bahwa bekerja itu tidak harus berada di kantor. Tidak pula harus menjadi PNS sehingga menghalalkan segala cara dengan menyuap agar bisa diterima. Belajar adalah benar-benar mempelajari apa yang dibutuhkan oleh kehidupan. Ajari anak kita untuk survive dalam kondisi apa pun. Krisis moneter, pemecatan massal, ambruknya ekonomi dunia karena sistem kapitalis, itu semua tak akan merisaukan dirinya. Bekal keimanan yang kuat cukup sudah sebagai modal untuk bisa berdiri tangguh menantang zaman.

Finally…
Belajar itu ternyata tak semenakutkan seperti yang kamu bayangkan. Mulai sekarang luruskan niat kamu, tujuan kamu dan pehamaman kamu tentang makna belajar. Nggak ada yang melarang kamu untuk fesbuk-an, sms-an, nyetel musik, atau hal-hal mubah lainnya sakadar untuk refreshing. Tapi kamu kudu tahu diri dong dan bertanggung jawab terhadap diri kamu sendiri. Kamu kudu tahu kapan harus belajar, kapan harus fesbuk-an dan kapan harus istirahat.
Yakin deh, itu semua demi kebaikan kamu kok. Nggak usah menunggu diperintah ortu bila waktu belajar tiba. Bahkan belajar itu juga nggak harus menunggu waktu-waktu tertentu. Kamu aja sms-an juga nggak menunggu jam-jam tertentu kan? Bila untuk sms-an aja bisa, maka untuk belajar so pasti lebih bisa. Sms-an yang nggak akan keluar ulangan aja kamu bela-belain apalagi belajar yang pastinya bikin kamu lebih pintar dan bijak, maka harus lebih dibela-belain.
Skala prioritas belajar kamu juga sudah tahu dong. Belajar ilmu dien (agama) itu fardhu ain. Belajar ilmu selainnya atau ilmu-ilmu dunia itu juga penting tapi fardhu kifayah. Jangan sampai bingung ya. Mulai sekarang, sejak habis baca artikel ini, harus ada perubahan yang berarti dalam pola belajar kamu. Punyai tanggung jawab bahwa belajar ini adalah untuk dirimu sendiri (dan kalo udah bisa sebarkan lagi ke yang lain) demi meraih ridho Allah. Insya Allah, dunia akhirat kamu bakal cerah bila ini semua kamu lakoni dengan kesadaran penuh sebagai seorang muslim. Kerjaan dan gaji? Nggak usah khawatir, rezeki kamu nggak bakal diambil orang kok. Belajar aja yang rajin, ilmu dien dan selainnya. Selebihnya, yakini bahwa Allah Mahamengatur rizki. Siap ya?

Penerus Agama dan Bangsa

Sobat muda muslim, umur kamu sekarang berapa? Sudah baligh belum? Hehehe… pertanyaannya aneh ya? Apakah kamu tahu arti baligh? Waduh, kalo belum tahu atau lupa, perlu belajar lagi deh ya. Hmm.. intinya, baligh itu adalah kondisi di mana kamu udah masuk ke fase dewasa, dan meninggalkan fase anak-anak. Tandanya ya kalo cowok udah ihtilam (mimpi ‘indah’ sambil keluar sperma) dan kalo cewek udah haidh. Itu tanda baligh. Konsekuensinya adalah kamu jadi terbebani hukum alias mukallaf (beda lho ama mualaf, awas jangan sampe ketuker). Maksudnya apa sih? Gini, kalo kamu udah baligh, berarti kalo berbuat maksiat bakalan dicatet, begitu pula kalo berbuat baik akan jadi pahala. Waktu masih anak-anak mah nggak dicatet amal-amalmu. Paham ya?
Belum? Waduh, gini kamsudnya, eh, maksudnya: kalo kamu ketika udah baligh berbohong ya dicatat sebagai dosa, kamu membuka aurat saat keluar rumah, dicatet dosa, kamu berzina apalagi, itu termasuk dosa besar, ya dicatet juga. Ngeri! Sebaliknya, kalo berbuat amal shalih dan ikhlas dilakukan insya Allah dicatet sebagai perbuatan yang bakal nambah pahalamu. Insya Allah.
Nah, ketika baligh apa yang kamu lakukan? Kalau aku waktu baligh, mulai berhati-hati saat keluar rumah, berpakaian sesuai syariat Islam, dan sudah tidak lagi berteman dengan lawan jenis. Maklum, waktu itu temanku kebanyakan laki-laki, biasanya main layang-layang ke sawah, main kelereng di lapangan, main petasan dll. *jadi nostalgila, eh nostalgia deh…
Akan kuceritakan sebab aku seperti itu, tapi singkat aja ya. Aku tidak tahu siapa yang salah, aku sendiri atau orang tuaku atau keluargaku. Ayahku nggak tahu ke mana, ibuku banting tulang mencari nafkah buat aku dan adikku. Ibuku pulangnya sore, jadi nggak tahu aku kesehariannya gimana.
Suatu hari, aku harus menerima kenyataan orang tuaku meninggal dunia, sebelum aku baligh. Jadilah aku yang tidak ada mengarahkan, tidak ada yang mengajarkan agama. Masih jelas terlihat sebagai status orang awam. Aku tinggal dengan nenekku. Ada saudara, tapi mereka mendiamkan aku seperti itu. Entah mereka tidak tahu dalam Islam itu bagaimana, atau mereka nggak peduli. Semoga saja tidak. Aku yakinnya sih, mereka tidak tahu cara mendidik anak.
Ketika masuk SMP, aku tertarik ikut ekstrakurikuler rohis. Alasannya cuma satu, aku kagum sama guru agamaku yang nasihatnya mampu masuk ke dalam hatiku. Lebay ya… hehehe.. dan kebetulan guru agamaku itu pembina rohis. Nah dari situ aku tahu sebagian tentang pergaulan lawan jenis, cara berpakaian, dan pokoknya mencakup semuanya ketika sudah baligh.

Peduli sekitar yuk!
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, sebagai seorang remaja kita mempunyai andil yang sangat besar bagi perubahan lingkungan. Biasanya yang mampu mengubah dan membawa temannya ke arah yang baik atau bahkan ke arah yang buruk.
Saat teman ada yang bermaksiat, seperti menjaili temannya, mencuri, waktunya sholat jumat malah main game online, atau yang ceweknya malah bergelayutan di tangan lelaki dll, siapa lagi yang menyadarkan mereka selain kita yang udah tahu? Iya kan?
Bener. Yakin deh kalau orang tuanya yang menasihati pasti nggak akan mau dengar, soalnya berbeda karakter. Biasanya kan orang tua cara menyampaikan “petuahnya” nggak bisa berbicara seperti ke teman. Biasanya juga susah memahami kita. Pengennya menang aja. Maaf nih buat para orang tua bukan bermaksud menyalahkan (hehehe…). Tapi kalau kita yang menasihatinya kemungkinan besar mau dengar, soalnya kita satu karakter dan bisa memahami. Iya nggak sih? Silakan dicoba aja dah! Bener lho, langsung praktek!
Oya, tentunya untuk bisa mengarahkan teman kita yang seperti itu, kita harus punya ilmu. Agar bisa menasihatinya sesuai dengan tuntunan al-Quran dan Hadits.
Sobat muda muslim, saat aku browsing mencari bahan tulisan ini aku menemukan tips untuk remaja seperti kita untuk berdakwah di lingkungannya. Tips ini menurutku bagus lho. Sayangnya aku lupa tidak meng-copy sumbernya. Tapi ada yang aku ubah sedikit. Semoga aja yang nulis nggak marah. *ngarep dot kom hehehe…
Sip, aku beberkan tipsnya dengan beberapa poin yang udah dimodifikasi biar tambah asik dari aslinya ya:
Pertama, niat. Yes! Awali dengan niat karena Allah semata. Jangan sampai ada niat untuk sombong dan merasa benar sendiri. Jangan sampai ada kesan menggurui dan menganggap bodoh teman yang sedang kita dakwahi. Petunjuk itu dari Allah. Lakukan upaya maksimal dalam menyadarkan teman dan jangan lupa berdoa untuknya agar segera kembali ke jalan yang benar. Sungguh, tidak ada yang mampu memberi jalan bila sudah disesatkan oleh Allah Swt dan tak ada yang mampu menyesatkan bila sudah diberi petunjukNya. Jadi jangan lupa berdoa ya.
Kedua, lakukan apa yang kamu katakan. Ngomong gampang, tapi melakukannya itu yang butuh upaya lebih. Kalo kita cuma bisa ngomong tanpa melakukan apa yang kita omongkan, maka orang lain terutama teman-teman kita tak akan percaya pada kita lagi. Misal nih, kita bilang sholat wajib, tapi ketika adzan dikumandangkan kita masih asyik aja facebook-an. Bahaya!
Ketiga, gunakan al-Quran dan hadits. Dalam berdakwah, gunakan al-Quran dan hadits sebagai acuan, bukan kata si A dan si B atau bahkan kata nenek moyang. Banyaklah baca buku-buku keislaman dan pahamilah wawasan keislaman itu sendiri. Jangan sampai kita menyampaikan sesuatu yang kita tidak punya ilmu tentangnya.Jadikan sirah (sejarah) Rasulullah saw. dalam berdakwah sebagai panduan kita ketika berdakwah di lingkungan teman-temanmu.
Keempat, berbicaralah pada orang lain seakan-akan baru mengenalnya. Maksud dari poin ini adalah jangan berusaha sok tahu tentang seseorang hanya dengan melihatnya sekilas saja. Berbicaralah dengan ramah dan penuh perhatian sehingga orang yang akan didakwahi merasa nyaman dan kemudian percaya. Jangan terkecoh dengan penampilan. Misalnya salah seorang teman kita yang tak pernah sholat Jumat. Kenalilah dirinya lebih jauh dan jangan langsung berprasangka buruk. Ada banyak laki-laki yang tidak sholat Jumat karena keluarganya tidak pernah mengajarinya dan ia pun tidak tahu hukumnya. Jadi, tugas kita nih untuk mendekati orang-orang semacam ini untuk memberikan pencerahan bagi kehidupannya sebagai seorang muslim yang baik.
Kelima, murah senyum. Jika kita ingin orang lain dekat dan menerima dakwah kita maka usahakan kita bersikap ramah pada mereka. Tersenyum adalah salah satu kunci dari keramahan ini. Yang patut diingat adalah tersenyum di sini konteksnya adalah ramah secara umum dan tidak bermaksud tebar pesona pada lawan jenis. Bagaimana pun Islam mempunyai aturan dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Pastikan jangan pake atas nama dakwah untuk berdua-duaan dengan lawan jenis. Bahaya! Nah, agar tidak timbul fitnah, usahakan berdakwah fokus pada sesama jenis. Cowok yang berdakwah ke kalangan cowok. Begitu juga cewek dakwahnya juga ke lingkungan cewek saja.
Keenam, bersikap aktif dan berbaur. Langkah awal bagi keberhasilan dakwah adalah bersikap aktif dan berbaur dengan objek dakwah. Sering-sering ngobrol dengan mereka yang ingin kita dakwahi. Jadikan mereka percaya bahwa kamu adalah tempat yang asyik untuk curhat, berbagi cerita baik suka maupun duka. Mengerjakan PR bareng, menenangkan di kala mereka gundah, atau sekadar menjadi teman yang baik ketika mereka butuh curhat dan diskusi. Namun ingat, yang utama kita harus bisa menjaga rahasia karena mereka sudah percaya pada kita. Tapi bila keadaan berubah menjadi serius dan berbahaya, misalnya saja ada yang berniat bunuh diri karena frustasi menghadapi masalahnya, maka jangan segan-segan menghubungi orang yang lebih dewasa untuk menyikapi masalah ini.
Ketujuh, tekankan sholat wajib 5 kali sehari sebelum kewajiban lainnya. Hubungan dengan Allah secara pribadi itu ada pada kewajiban sholat 5 waktu. Jangan memberikan banyak materi lain lebih dulu sebelum kesadaran untuk sholat wajib 5 waktu bisa terlaksana dengan baik. Tekankah bahwa dengan sholat saja hubungan dengan Allah terjalin secara langsung tanpa perantara. Hanya Allah Ta’ala saja tempat bersandar jika manusia menghadapi masalah. Sholat adalah saat yang tepat untuk meminta pertolonganNya. Jika mungkin, usahakan untuk sholat berjamaah ketika kamu sedang ngobrol santai dengan mereka. Ketika sholat ini sudah dijalankan dengan konsisten, maka hal-hal lain akan lebih mudah untuk diingatkan misalnya saja tidak boleh memaki, patuh pada orang tua dan cara berpakain yang menutup aurat sesuai dengan syariat Islam.
Kedelapan, jangan pergi ketika mereka sedang down. Ingat, ketika seseorang sudah mulai mau menjalankan ajaran-ajaran Islam dengan teratur, tidak berarti urusan sudah selesai. Akan ada ujian dan cobaan dalam hidup yang kadang bisa membuat futur/down atau lemah iman seseorang. Ada kalanya mereka mempertanyakan lagi keadilan Allah Swt akan jalan hidup sulit yang mereka tempuh. Jangan putus asa apalagi tega meninggalkan mereka. Dampingilah mereka untuk kembali menemukan jati diri keislaman mereka.
Nah itu tadi beberapa tipsnya, menarik bukan? Oke deh Bro en Sis, kamu bisa menjadi remaja yang mampu membawa teman-temannya sadar dan mengenal Islam. Sudah saatnya remaja peduli bahwa siapa lagi yang akan memperjuangkan Islam di tengah-tengah masyarakat kalau bukan kita semua? Makanya jangan malas ya untuk belajar Islam. Yuk kita sama-sama memperbaiki teman-teman kita agar kembali pada Islam secara kaaffah alias total alias nggak pilih-pilih ngelaksanain jenis syariat Islam. Tetapi laksanakan semua, baik kamu sukai atau tidak kamu sukai. Sebab, melaksanakan syariat Islam itu perintah Allah Ta’ala. Maka, rendahkan egomu dan singkirkan hawa nafsumu. Biar mantap, barengi dengan ngaji dan belajar Islam lalu dakwahkan. 

Sabtu, 01 Juni 2013

MAKNA FILOSOFI DARI LAGU GUNDUL-GUNDUL PACUL

Ternyata lagu gundul-gundul pacul mempunyai filosofi yang cukup mendalam, Lagu Gundul Gundul Pacul ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yg dalam dan sangat mulia.

'Gundul' adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. jadi 'gundul' adalah kehormatan tanpa mahkota.

'Pacul' adalah cangkul (red, jawa) yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. jadi pacul adalah lambang kawula rendah, kebanyakan petani.

'Gundul pacul' artinya adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul utk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya/orang banyak.

Orang Jawa mengatakan pacul adalah 'Papat Kang Ucul' (4 yg lepas). Kemuliaan seseorang tergantung 4 hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya, dengan makna sbb:
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata adil.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. 'Gembelengan' artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.

Arti harafiahnya jika orang yg kepalanya sudah kehilangan 4 indera itu mengakibatkan hal-hal sbb:
1. GEMBELENGAN (congkak/sombong).
2. NYUNGGI-NYUNGGI WAKUL (menjunjung amanah rakyat/orang banyak).
3. GEMBELENGAN ( sombong hati).
4. WAKUL NGGLIMPANG (amanah jatuh gak bisa dipertahankan).
5. SEGANE DADI SAK LATAR (berantakan sia sia, tidak bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak)

Cukup dalam makna dan penjabaran dari lagu ini, patut untuk kita jaga dan lestarikan ke anak cucu sebagai warisan budaya lagu jawa. Semoga mengingatkan dan menyadarkan diri kita sebagai pemimpin... Minimal pemimpin Keluarga....

Macam-Macam Jodoh



Jodoh merupakan salah satu anugrah dari allah untuk kita menemukan pasangan hidup yang utuh, Tapi apakah taukah kalian ternyata jodoh didatangkan bukan dari allah saja tapi didatangkan dengan yang lainya.

Berikut macam - macam jodoh :


1. Jodoh dari Syaitan :

Kamu berdua berkenalan, berpegangan tangan dan terus buat maksiat. Akhirnya si wanita mengandung janin baru kamu menik
ah.

2. Jodoh dari Jin :

Kamu berdua berkenalan. kamu suka pada dia. tapi dia tidak suka padamu. akhirnya cinta di tolak dukun bertindak, dan akhirnya dia mau menikah denganmu.

3.Jodoh dari Allah :

Kamu berdua berpandangan mata yang akhirnya menusuk kekalbu, kamu meminang dia, dan dia menerima pinangan kamu. dan kamu berdua menikah.
insya'Allah kekal hingga akhir hayat. dan itulah yang dikatakan syurga cinta.

Jodoh dari siapa yg kalian inginkan?


Semoga jodoh karena Allah, aamiin.

Rabu, 29 Mei 2013

:: KISAH SEORANG TUKANG SOL SEPATU ::



Cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah Sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan Condong Catur demi menyambung hidup. Mbah Sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “Mau nonton apa saya malam ini?”, Mbah Sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?”

Di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi Mbah Sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.

Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru. Ketika Mbah Sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

“Wah cepat sekali. Berapa pak?”

“5000 rupiah mas”

Sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah Sarno jelas kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.

“Wah mas gak ada uang pas ya?”

“Nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”

“Maaf Mas, saya nggak punya uang kembalian”

“Waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”

“Udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”

“Oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.”

Jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi Mbah Sarno. Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “Ikhlas bekerja dan tak putus berusaha. Insya Allah akan terbuka jalan."

Waktu menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat Ashar di masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.

“Ya Allah, izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendakMu.”
Selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.

Saat ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.

“Wah kebetulan kita ketemu disini, Pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”

Kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi 5 lembar.

“Loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?”

“Sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Alhamdulillah , Hari ini saya tes wawancara, dan Allah menolong saya. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya Allah minggu depan saya berangkat ke Prancis pak. Saya mohon doanya ya pak ”

Tak kuasa menahan rasa haru yang sangat, Mbah Sarno terguguk menangis. Terima kasih ya Allah atas rejeki Mu hari ini .. sungguh benar Engkau begitu dekat.

Bismillah.. Gabung Yuk di Fp ini : Kaligrafi untuk membaca : "KISAH SEORANG TUKANG SOL SEPATU"

Belajarlah seiring dengan hembusan nafas, berhenti belajar ketika nafas berhenti. Belajar juga yang akan membedakan seseorang bisa menyikapi kondisi yang sama dengan cara yang berbeda, tentu saja mendapatkan keuntungan dari kondisi paling merugikan sekalipun. Mengisi hidup yang penuh tidak hanya membutuhkan kepintaran, tapi juga kecerdasan, kreativitas dan inovasi. Apa bedanya?

Kepintaran adalah kemampuan Anda dalam menyerap informasi. Ketika Anda mampu membaca dan mengambil ilmu pengetahuan dari buku atau informasi yang Anda serap, Anda cukup pintar. Akan tetapi, kepintaran berhenti disitu saja. Orang pintar memiliki banyak pengetahuan, akan tetapi kadang menghambatnya dalam pengambilan keputusan, karena pengetahuan yang banyak itu memberikan banyak informasi.

Kecerdasan adalah kemampuan mengelola kepintaran. Orang yang sukses kadang orang yang tidak terlalu pintar, akan tetapi bisa mengelola orang pintar. Kecerdasan membuat Anda tahu siapa orang pintar yang cocok mengerjakan jenis pekerjaan tertentu. Kecerdasan membuat Anda bisa mengambil keuntungan dari kombinasi kepintaran.

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat perbedaan. Orang yang kreatif adalah orang yang melihat hal yang sama tapi berpikir dengan cara yang berbeda. Kreativitas menghasilkan perbedaan dan orang yang kreatif bisa stand out of the crowd, tampil diantara kerumunan orang. Perbedaan membuat peluang baru terbuka.

Inovatif adalah kemampuan untuk menemukan nilai komersil dari kreativitas. Inovasi membuat kreativitas tidak cukup untuk meraih sukses. Kreatif hanya membuat perbedaan, inovasi membuat perbedaan tersebut memiliki nilai komersil.


Oleh karena itu, belajarlah seumur hidup, dan Anda bisa memiliki kepintaran, kecerdasan, kreativitas dan inovasi. Semuanya bukanlah bakat, akan tetapi disiplin. Tentu saja bisa dipelajari.

Kamis, 23 Mei 2013

KEHEBATAN SHALAT DHUHA



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... 
Melaksanakan Sholat Dhuha Mempermudah Datangnya Rizki, Sebuah testimoni tentang kehebatan sholat Dhuha, ikuti kisahnya sebagai berikut: Lelaki yang akan diceritakan dibawah ini hanyalah seorang yang tidak tammat SD. Sekolahnya hanya kelas 3 SD saja.

Ia pergi ke kota untuk mengadu nasib sebagai tukang pipa air. Keahlian sebagai tukang pipa air ini diperolehnya dari kakak iparnya. Di kota besar ia berkeliling naik sepeda angin menawarkan jasanya ke rumah-rumah. Hal itu ia lakukan selama dua tahun.

Suatu hari, ketika waktu dhuhur ia berhenti di sebuah masjid untuk melakukan sholat. Kebetulan disana ada pengajian singkat. Dia mengikutinya. Ceramah yang ia dengarkan tentang kemuliaan sholat dhuha. Semenjak itu, ia tidak pernah meninggalkan sholat dhuha.

Waktu demi waktu, pekerjaan sebagai tukang pipa air dan sumur bor semakin hari semakin ramai. Ia memiliki anak buah. Semakin lama semakin ia rasakan kemajuan. Meskipun tenggelam dalam kesibukan di kota, namun ia tidak pernah mengabaikan sholat dhuha.

Pada suatu hari ia bertemu dengan seorang kontraktor perumahan. Ia mendapat penawaran dari kontraktor itu untuk membuat 5000 sumur bor.

Mulanya ia ragu-ragu karena tidak punya modal. Namun setelah mengeluh kepada Allah setelah sholat dhuha, ternyata ada jalan lapang yaitu Kontraktor tersebut berkenan mambayar uang muka 50 % persen dari total biaya yang telah disepakati dan 50 % lagi akan dilunasi saat sumur bor telah selesai pengerjaannya. 

Proyek selesai dan ia mendapatkan keuntungan besar.Semenjak itu ia berkeliling tidak lagi menggunakan sepeda angin tetapi ia telah dapat membeli mobil dan rumah. Pekerjaan cukup diserahkan kepada anak buah.

Dalam kurun 2 tahun, ia menjadi miyarder. Proyek besar berpihak kepadanya dengan memenangkan tender. Hingga suatu hari sebuah perusahaan rokok terkenal memberi proyek pengeboran air tanah. Sebenarnya sudah sepuluh kontraktor lain telah mencobanya tetapi selalu gagal.

Mulanya ia ragu menerima tawaran besar itu, namun akhirnya diserahkan nasib dan semua urusan kepada Allah. Ia mengerjakan pekerjaan tersebut. Sebelum memulai pekerjaan, semua anak buahnya diminta untuk terlebih dahulu mengerjakan sholat dhuha. 

Hasilnya luar biasa. Setelah pengeboran berlangsung satu minggu, air tanah yang berkualitas didapatinya. Pemilik perusahaanpun merasa puas. 

Tahukan anda berapa ia mendapat pembayaran itu ? Dua lobang sumur bor berikut dengan jaringannya, ia menerima uang sebanyak dua milyar. Pekerjaan itu hanya butuh waktu dua bulan. Subhanallah ... Luar biasa ..

Kisah Seorang Tukang Tahu


Ada seorang tukang TAHU... Setiap hari ia menjual dagangannya ke pasar. Untuk sampai ke pasar, ia harus naik angkot langganannya. Dan untuk sampai ke jalan raya, ia harus melewati pematang sawah. Ba'da subuh ia selalu berdoa kepada Allah SWT agar dagangannya laris. Begitulah setiap hari, berangkat ba'da sholat subuh dan pulang sore hari.

Dagangannya selalu laris manis..
 Suatu hari, ketika ia melewati sawah menuju jalan raya, entah knapa tiba2 ia terpeleset. Semua dagangannya jatuh ke sawah, hancur berantakan! Jangankan untung, modal pun buntung! Mengeluh ia kepada Allah, bahkan "menyalahkan" Allah, mengapa ia diberi cobaan seperti ini? Padahal ia telah berdoa ba'da subuh. Akhirnya ia pun pulang tidak jadi berdagang.

Tapi dua jam kemudian ia mendengar kabar, bahwa angkot langganannya yg setiap hari ia naiki, pagi itu jatuh ke dalam jurang. Semua penumpangnya tewas! Hanya ia satu2nya penumpang yg selamat, "gara-gara" tahu nya jatuh ke sawah, sehingga ia tidak jadi berdagang. Doa tidak harus dikabulkan sesuai permintaan, tapi terkadang diganti oleh Allah dengan sesuatu yg jauh lebih baik daripada yg diminta.

Allah Maha Tahu kebutuhan kita, dibandingkan diri kita sendiri. Karena itu, janganlah jemu berdoa, juga jangan menggerutu, apalagi mengutuk! "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. al-Baqarah/2: 216)

Senin, 20 Mei 2013

Memadu Kasih di Hari Valentine


Hari Valentine (bahasa Inggris: Valentine's Day), pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya di Dunia Barat. Pada masa kini, hari raya ini berkembang bukan hanya para orang yang memadu kasih, tapi pada sahabat dan teman dekat. Namun mayoritas yang merayakannya adalah orang yang sedang jatuh cinta. Ini pun dianut saat ini dan semakin meluas di kalangan muda-mudi di negeri ini. Ketika hari tersebut ada yang memberikan coklat kepada kekasihnya atau kado spesial lainnya.
Selaku umat Islam, tentu saja kita mesti menilik ulang perayaan tersebut. Ada beberapa tinjauan dalam perayaan tersebut yang bisa dikritisi. Di antaranya adalah tentang memadu kasih lewat pacaran dan hukum merayakan valentine serta memberikan hadiah ketika itu. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kami untuk membahasnya.

Meninjau Fenomena Memadu Kasih Lewat Pacaran
Sebagian orang menyangka bahwa jika seseorang ingin mengenal pasangannya mestilah lewat pacaran. Kami pun merasa aneh kenapa sampai dikatakan bahwa cara seperti ini adalah satu-satunya cara untuk mengenal pasangan. Saudaraku, jika kita telaah, bentuk pacaran pasti tidak lepas dari perkara-perkara berikut ini.
Pertama: Pacaran adalah jalan menuju zina
Yang namanya pacaran adalah jalan menuju zina dan itu nyata. Awalnya mungkin hanya melakukan pembicaraan lewat telepon, sms, atau chating. Namun lambat laut akan janjian kencan. Lalu lama kelamaan pun bisa terjerumus dalam hubungan yang melampaui batas layaknya suami istri. Begitu banyak anak-anak yang duduk di bangku sekolah yang mengalami semacam ini sebagaimana berbagai info yang mungkin pernah kita dengar di berbagai media. Maka benarlah, Allah Ta’ala mewanti-wanti kita agar jangan mendekati zina. Mendekati dengan berbagai jalan saja tidak dibolehkan, apalagi jika sampai berzina. Semoga kita bisa merenungkan ayat yang mulia,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32). Asy Syaukani rahimahullah menjelaskan, “Allah melarang mendekati zina. Oleh karenanya, sekedar mencium lawan jenis saja otomatis terlarang. Karena segala jalan menuju sesuatu yang haram, maka jalan tersebut juga menjadi haram. Itulah yang dimaksud dengan ayat ini.”[1] Selanjutnya, kami akan tunjukkan beberapa jalan menuju zina yang tidak mungkin lepas dari aktivitas pacaran.
Kedua:  Pacaran melanggar perintah Allah untuk menundukkan pandangan
Padahall Allah Ta'ala perintahkan dalam firman-Nya,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".” (QS. An Nur: 30). Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada para pria yang beriman untuk menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan yaitu wanita yang bukan mahrom. Namun jika ia tidak sengaja memandang wanita yang bukan mahrom, maka hendaklah ia segera memalingkan pandangannya. Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan,
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.
Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.”[2]
Ketiga: Pacaran seringnya berdua-duaan (berkholwat)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ لاَ تَحِلُّ لَهُ ، فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ ، إِلاَّ مَحْرَمٍ
Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.”[3] Berdua-duaan (kholwat) yang terlarang di sini tidak mesti dengan berdua-duan di kesepian di satu tempat, namun bisa pula bentuknya lewat pesan singkat (sms), lewat kata-kata mesra via chating dan lainnya. Seperti ini termasuk semi kholwat yang juga terlarang karena bisa pula sebagai jalan menuju sesuatu yang terlarang (yaitu zina).
Keempat: Dalam pacaran, tangan pun ikut berzina
Zina tangan adalah dengan menyentuh lawan jenis yang bukan mahrom sehingga ini menunjukkan haramnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.[4]
Inilah beberapa pelanggaran ketika dua pasangan memadu kasih lewat pacaran. Adakah bentuk pacaran yang selamat dari hal-hal di atas? Lantas dari sini, bagaimanakah mungkin pacaran dikatakan halal? Dan bagaimana mungkin dikatakan ada pacaran islami padahal pelanggaran-pelanggaran di atas pun ditemukan? Jika kita berani mengatakan ada pacaran Islami, maka seharusnya kita berani pula mengatakan ada zina islami, judi islami, arak islami, dan seterusnya.
Menikah, Solusi Terbaik untuk Memadu Kasih
Solusi terbaik bagi yang ingin memadu kasih adalah dengan menikah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
« لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ »
Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.[5]
Inilah jalan yang terbaik bagi orang yang mampu menikah. Namun ingat, syaratnya adalah mampu yaitu telah mampu menafkahi keluarga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
Wahai para pemuda[6]barangsiapa yang memiliki baa-ah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”[7] Yang dimaksud baa-ah dalam hadits ini boleh jadi jima’ yaitu mampu berhubungan badan. Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud baa-ah adalah telah mampu memberi nafkah. Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullahh mengatakan bahwa kedua makna tadi kembali pada makna kemampuan memberi nafkah.[8] Itulah yang lebih tepat.
Inilah solusi terbaik untuk orang yang akan memadu kasih. Bukan malah lewat jalan yang haram dan salah. Ingatlah, bahwa kerinduan pada si dia yang diidam-idamkan adalah penyakit. Obatnya tentu saja bukanlah ditambah dengan penyakit lagi. Obatnya adalah dengan menikah jika mampu. Ibnul Qayyim rahimahullahmengatakan, “Sesungguhnya obat bagi orang yang saling mencintai adalah dengan menyatunya dua insan tersebut dalam jenjang pernikahan.”[9]
Obat Bagi Yang Dimabuk Cinta
Berikut adalah beberapa obat bagi orang yang dimabuk cinta namun belum sanggup untuk menikah.
Pertama: Berusaha ikhlas dalam beribadah.
Jika seseorang benar-benar ikhlas menghadapkan diri pada Allah, maka Allah akan menolongnya dari penyakit rindu dengan cara yang tak pernah terbetik di hati sebelumnya. Cinta pada Allah dan nikmat dalam beribadah akan mengalahkan cinta-cinta lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Sungguh, jika hati telah merasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, niscaya ia tidak akan menjumpai hal-hal lain yang lebih manis, lebih indah, lebih nikmat dan lebih baik daripada Allah. Manusia tidak akan meninggalkan sesuatu yang dicintainya, melainkan setelah memperoleh kekasih lain yang lebih dicintainya. Atau karena adanya sesuatu yang ditakutinya. Cinta yang buruk akan bisa dihilangkan dengan cinta yang baik. Atau takut terhadap sesuatu yang membahayakannya.”[10]
Kedua: Banyak memohon pada Allah
Ketika seseorang berada dalam kesempitan dan dia bersungguh-sungguh dalam berdo’a, merasakan kebutuhannya pada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan do’anya. Termasuk di antaranya apabila seseorang memohon pada Allah agar dilepaskan dari penyakit rindu dan kasmaran yang terasa mengoyak-ngoyak hatinya. Penyakit yang menyebabkan dirinya gundah gulana, sedih dan sengsara. Ingatlah, Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Dan Rabbmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al Mu’min: 60)
Ketiga: Rajin memenej pandangan
Pandangan yang berulang-ulang adalah pemantik terbesar yang menyalakan api hingga terbakarlah api dengan kerinduan. Orang yang memandang dengan sepintas saja jarang yang mendapatkan rasa kasmaran. Namun pandangan yang berulang-ulanglah yang merupakan biang kehancuran. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk menundukkan pandangan agar hati ini tetap terjaga. Lihatlah surat An Nur ayat 30 yang telah kami sebutkan sebelumnya. Mujahid mengatakan, “Menundukkan pandangan dari berbagai hal yang diharamkan oleh Allah akan menumbuhkan rasa cinta pada Allah.”[11]
Keempat: Lebih giat menyibukkan diri
Dalam situasi kosong kegiatan biasanya seseorang lebih mudah untuk berangan memikirkan orang yang ia cintai. Dalam keadaan sibuk luar biasa berbagai pikiran tersebut mudah untuk lenyap begitu saja. Ibnul Qayyim pernah menyebutkan nasehat seorang sufi yang ditujukan pada Imam Asy Syafi’i. Ia berkata, “Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).”[12]
Kelima: Menjauhi musik dan film percintaan
Nyanyian dan film-film percintaan memiliki andil besar untuk mengobarkan kerinduan pada orang yang dicintai. Apalagi jika nyanyian tersebut dikemas dengan mengharu biru, mendayu-dayu tentu akan menggetarkan hati orang yang sedang ditimpa kerinduan. Akibatnya rasa rindu kepadanya semakin memuncak, berbagai angan-angan yang menyimpang pun terbetik dalam hati dan pikiran. Bila demikian, sudah layak jika nyanyian dan tontonan seperti ini dan secara umum ditinggalkan. Demi keselamatan dan kejernihan hati. Sehingga sempat diungkapkan oleh beberapa ulama nyanyian adalah mantera-mantera zina.
Ibnu Mas’ud mengatakan, “Nyanyian dapat menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air dapatmenumbuhkan sayuran.”  Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Nyanyian adalah mantera-mantera zina.” Adh Dhohak mengatakan, “Nyanyian itu akan merusak hati dan akan mendatangkan kemurkaan Allah.[13]
Kasih Sayang di Hari Valentine
Saling memberi kado, saling memberi coklat dan hadiah, fenomena semacam inilah yang akan kita saksikan pada hari Valentine (14 Februari) dan hari ini pun disebut dengan hari kasih sayang. Jika ini didasari pada memadu kasih dengan pacaran, sudah kami jabarkan kekeliruannya di atas. Jika ini adalah kasih sayang secara umum, maka di antara kerusakan yang dilakukan adalah tasyabuh atau mengikuti budaya orang barat (orang kafir).
Mungkin sebagian kaum muslimin tidak mengetahui bahwa sebenarnya perayaan ini berasal dari budaya barat untuk mengenang pendeta (santo) Valentinus. Paus Gelasius I menetapkan tanggal 14 Februari sebagai hari peringatan santo Valentinus. Kenapa tanggal 14 Februari bisa dihubungkan dengan santo Valentinus? Ada yang menceritakan bahwa sore hari sebelum santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati karena memperjuangkan cinta), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinusmu". Pada kebanyakan versi menyatakan bahwa 14 Februari dihubungkan dengan kegugurannya sebagai martir.[14]
Dari sini menunjukkan bahwa perayaan Valentine bukan perayaan kaum muslimin, namun termasuk perayaan barat. Perayaan ini pun dimaksudkan untuk mengenang tokoh orang kafir yaitu santo Valentinus. Sehingga kerusakannya yang terlihat jelas adalah tasyabuh (meniru-niru) orang kafir.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh). Beliau bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka[15] Menyerupai orang kafir (tasyabbuh) ini terjadi dalam hal  perayaan, penampilan dan kebiasaan yang menjadi ciri khas mereka. Tasyabbuh di sini diharamkan berdasarkan dalil Al Qur’an, As Sunnah dan kesepakatan para ulama (ijma’).[16]
Perayaan ini adalah acara ritual agama lain. Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta, asalnya adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka. Sehingga dari sisi inilah pemberian hadiah valentine menjadi terlarang.
Peringatan dari Komisi Fatwa di Saudi Arabia
Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Komisi Tetap Riset Ilmiyyah dan Fatwa, Saudi Arabia) telah menanggapi pertanyaan seputar ‘Idul Hubb (perayaan Hari Valentine). Para ulama yang duduk di sana menjawab, “Perayaan hari Valentine termasuk perayaan yang dikategorikan tasyabuh (meniru-niru) orang kafir dan termasuk salah satu hari besar dari kaum paganis Kristen. Karenanya, diharamkan bagi siapapun dari kaum muslimin, yang dia mengaku beriman kepada Allah dan Hari Akhir, untuk mengambil bagian di dalamnya, termasuk memberi ucapan selamat (kepada seseorang pada saat itu). Sebaliknya, wajib baginya untuk menjauhi perayaan tersebut sebagai bentuk ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya, dan menjaga jarak dirinya dari kemarahan Allah dan hukuman-Nya.
Begitu pula seorang muslim diharamkan untuk membantu dalam perayaan ini, atau perayaan lainya yang terlarang, baik membantu dengan makanan, minuman, jual, beli, produksi, ucapan terima kasih, surat-menyurat, pengumuman, dan lain lain. Semua ini termasuk bentuk tolong-menolong dalam dosa dan pelanggaran, serta termasuk maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al Maidah: 2).”[17] Demikian cuplikan dari fatwa Al Lajnah Ad Daimah.
Oleh karenanya, tidaklah pantas jika kaum muslimin ikut serta dalam perayaan ini baik dengan mengucapkan selamat Valentine lewat surat maupun lainnya, memberi hadiah dan coklat, serta mendukung dengan menjual berbagai hadiah untuk perayaan tersebut.
Semoga Allah memberi taufik dan memperbaiki keadaan kaum muslimin.

Diselesaikan berkat nikmat Allah di Panggang-Gunung Kidul, 24 Shofar 1431 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

[1] Fathul Qodir, Asy Syaukani, 4/300, Mawqi’ At Tafaasir.
[2] HR. Muslim no. 5770
[3] HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi (shahih dilihat dari jalur lainnya).
[4] HR. Muslim no. 6925.
[5] HR. Ibnu Majah no. 1847. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Ash Shahihah no. 624.
[6] Yang dimaksud dengan syabab (pemuda) di sini adalah siapa saja yang belum mencapai usia 30 tahun. Inilah pendapat ulama-ulama Syafi’iyah. (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 9/173, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, 1392 H)
[7] HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400.
[8] Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 9/173.
[9] Rodhotul Muhibbin, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 212, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah Beirut, tahun 1412 H.
[10] Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 10/187, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426 H.
[11] Majmu’ Al Fatawa, 15/394.
[12] Al Jawabul Kafi, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah
[13] Lihat Talbis Iblis, Ibnul Jauzi, hal. 289, Darul Kutub Al ‘Arobi, cetakan pertama, tahun 1405 H.
[15] HR. Ahmad dan Abu Daud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ (1/269) mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269.
[16] Lihat penukilan ijma’ (kesepakatan ulama) yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Iqtidho’ Ash Shirotil Mustaqim, 1/363, Wazarotu Asy Syu-un Al Islamiyah, cetakan ketujuh, tahun 1417 H.
[17] Fatwa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts ‘Ilmiyyah wa Ifta’, no. 21203, 2/263-264, Mawqi’ Al Ifta’. Yang menandatangani fatwa tersebut: Syaikh ‘Abdul Aziz bin ‘Abdillah Alusy Syaikh selaku ketua; Syaikh ‘Abdullah bin Ghodyan, Syaikh Sholih Al Fauzan dan Syaikh Bark Abu Zaid selaku anggota.
RENUNGAN ISLAMI © 2008 Template by:
SkinCorner